Senin, 21 April 2008

3. REVOLUSI

Revolusi adalah perebutan dan pergantian kekuasaan dari kelas lama (penguasa lama) oleh dan kepada kelas baru (penguasa baru) yang lebih maju, atau Revolusi adalah penjungkirbalikan kekuasaan politik lama oleh kekuasaan politik baru dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, atau Revolusi adalah mendobrak/menjebol kekuasaan politik lama dan membangun kekuasaan politik baru yang lebih maju. Revolusi bersifat memaksa dengan melibatkan kekuatan rakyat (people power) karena kekuasaan lama (status quo) mempertahankan diri dari penghancuran oleh kekuatan baru (Revolusi), karena tidak ada kekuasaan politik lama yang bersedia menyerahkan kekuasaannya dengan sukarela kepada kekuatan politik baru yang menentangnya, maka Revolusi bersifat memaksa. a. Syarat-Syarat Revolusi. Untuk melakukan Revolusi maka kekuatan kaum Revolusioner harus memenuhi syarat-syarat Revolusi. Syarat-syarat Revolusi adalah: 1. basis dari bangunan atas kelas lama (penguasa lama) sudah retak dan goyah, 2. kekuatan Revolusi sudah tersedia, 3. pimpinan Revolusi yang tepat sudah ada, 4. sasaran Revolusi harus konkret. 1. Basis dan Bangunan Atas Penguasa Lama Rapuh. Basis adalah sistem ekonomi dan bangunan atas adalah kekuasaan politik. Basis dari bangunan atas kelas lama sudah retak dan goyah artinya bahwa sistem ekonomi dari politik kekuasaan pemerintah lama sudak rusak dan tidak bisa dipertahankan lagi. Rakyat jelata diperlakukan tidak adil oleh penguasa sehingga rakyat menjadi miskin dan sengsara, disisi lain kaum penguasa politik dan para kroninya hidup mewah karena menghisap dan menindas rakyat. Kondisi yang sedemikian ini mendorong lahirnya kesadaran dan keberanian rakyat untuk mengubah dirinya melalui Revolusi. 2. Kekuatan Revolusi Sudah Tersedia. Kekuatan Revolusi sudah tersedia artinya bahwa kekuatan Revolusi adalah kelas buruh kota dan buruh tani (proletar)yang mengalami penindasan dan penghisapan dari kelas yang berkuasa (borjuasi kapitalis). Kekuatan Revolusi tersebut telah mengadakan persatuan dan telah sadar untuk mengubah dirinya dan berkembang menjadi keberanian untuk menggulingkan penguasa lama dan menggantikannya dengan kekuasaan baru yang membela kepentingan rakyat. Hakekatnya kekuatan Revolusi adalah kekuatan rakyat (people power). 3. Pimpinan Revolusi yang Tepat Sudah Tersedia. Pimpinan Revolusi adalah kelas yang paling maju, paling teguh, paling konsekwen dalam perlawanan terhadap penindasan dan penghisapan dari kelas yang berkuasa dan yang paling berkepentingan untuk menghancurkan kekuasaan kelas yang berkuasa. Pimpinan yang tepat artinya bahwa pimpinan Revolusi itu mempunyai sasaran, program dan garis Revolusi yang tepat. Sasaran Revolusi adalah merebut kekuasaan politik dari kelas penguasa yang sudah tidak mampu mempertahankan kekuasaannya. Pimpinan Revolusi adalah kelas buruh (proletar). Sedangkan sasaran Revolusi adalah kelas borjuis komprador, kelas kapitalis birokrat, kelas feodal dan kelas imperialis. Kelas-kelas (borjuasi kapitalis) ini adalah merupakan musuh rakyat karena pikiran dan perilakunya menghisap dan menindas rakyat. Rakyat tertindas dalam suatu negeri adalah merupakan kekuatan internal Revolusioner yang menentukan jalannya Revolusi. Tugas kaum Revolusioner suatu negeri adalah mengubah situasi dalam negeri menjadi situasi Revolusioner, bukan menunggu situasi menjadi Revolusioner. Hakekatnya Revolusi adalah kehendak rakyat, bukan kehendak pemimpin Revolusi. Rakyat yang menentukan Revolusi, pemimpin Revolusi mengarahkan jalannya Revolusi. Inilah hubungan materi (kesadaran dan keberanian rakyat) dan ide (pemimpin Revolusi) dalam teori Revolusi. 4. Sasaran Revolusi Harus Konkret. Sasaran Revolusi adalah kelas lama yang sudah tidak dipercayai oleh rakyat karena menindas dan menghisap serta menipu rakyat. Kelas penguasa lama yang demikian ini harus dihancurkan melalui Revolusi rakyat.

Minggu, 20 April 2008

2. AKSI (lanjutan)

d. Proses Aksi. Proses Aksi mulai dari yang paling ringan sampai yang paling berat, yaitu dapat dimulai dari: bertanya, usul, protes, menuntut, menentang dan akhirnya sampai berlawan. Disamping itu proses Aksi dapat dimulai dari: 1. yang paling kecil sampai yang paling besar, yaitu dimulai dari delegasi kecil sampai delegasi besar, dari Aksi sebagian-sebagian sampai Aksi total menyeluruh, 2. Aksi jangka pendek sampai Aksi jangka panjang, 3. dari Aksi setempat -setempat (lokal/daerah) sampai Aksi nasional. Tingkatan-tingkatan Aksi itu bergantung pada persoalan dan syarat-syaratnya. e. Syarat-Syarat Aksi. Syarat-syarat Aksi itu ialah: 1. motifnya jelas, artinya dasar atau alasannya konkret mengapa Aksi itu dilakukan, 2. tuntutannya obyektif, artinya tuntutannya wajar sehingga bukan tidak mungkin bisa dipenuhi oleh yang dituntut, 3. sasarannya tepat, artinya Aksi ditujukan langsung kepada persoalannya yang obyektif dan kepada pemegang kendalinya atau kepada aparat dan tangan-tangan dari pemegang kendali persoalannya itu, 4. dipahami dan didukung oleh massa yang berkepentingan, artinya massa yang berkepentingan merasa berkepentingan dan mengetahui persoalannya, mengerti perlunya dilakukan Aksi dan mendukungnya, 5. dapat menarik front atau tidak menambah lawan, artinya massa atau golongan lain bisa memahami atau bahkan membantu Aksi, setidak-tidaknya mereka bersikap netral atau tidak berpihak dan tidak mendukung lawan yang menentang Aksi, 6. persiapan cukup, artinya tidak sponyan atau sudah dengan perhitungan akan kemungkinan-kemungkinan yang akan timbul dalam perkembangannya dan dalam menghadapinya, barisan sudah diteliti dan kekuatannya sudah diperhitungkan cukup siap dan kuat, 7. keberanian berlawan massa yang berkepentingan sudah timbul, artinya massa yang berkepentingan sudah berani untuk bangkit berlawan melakukan Aksi. Aksi yang tidak memenuhi syarat-syarat diatas bisa lemah dan bisa gagal mencapai sasarannya, hal yang demikian ini sering terjadi pada Aksi yang bersifat spontan. f. Kekuatan Aksi. Setiap Aksi harus mempunyai kekuatan. Kekuatan Aksi adalah massa yang langsung berkepentingan melakukan Aksi untuk memperjuangkan kepentingannya dan mencapai tuntutannya. Dalam Aksi yang sudah dipersiapkan dan terpimpin secara baik, massa tersebut bergerak dengan kekuatan pelopor (di depan), kekuatan inti (ditengah-tengah), dan kekuatan basis (yang mendukung dan membentenginya). Kekuatan pelopor adalah kekuatan massa basis yang tampil berani menghadapi resiko dan memikul konsekwensi Aksi bila terjadi hal-hal yang negatif, kekauatan pelopor diperlukan untuk memulai Aksi, menarik front dan mendorong maju Aksi. Dengan adanya kekuatan pelopor, aksi bisa dimulai, tegak berjalan dan mereka yang pada awalnya bersikap bimbang bisa menjadi mantap dan ikut melakukan Aksi. Sedang mereka yang sejak semula sudah mantap bisa didorong lebih maju. Kekuatan pelopor adalah kekuatan yang terdiri dari massa pemberani yaitu massa yang memiliki keberanian lebih dari yang lain. Bagaimanapun kecil dan ringannya suatu Aksi, pada awalnya harus dimulai dengan gerakan (perlawanan), hal ini harus memerlukan keberanian. Kekuatan inti adalah kekuatan penegak poros yaitu sebagian dari massa kekuatan basis yang tampil paling teguh dan tangguh dalam menghadapi pukulan lawan serta paling militan dan ulet dalam mengatasi kesulitan. Kekuatan inti merupakan kekuatan utama yang sangat diperlukan untuk menjaga barisan agar tetap tegar dalam gerak, tidak menjadi retak bila mengalami kesulitan, tidak menjadi berantakan bila mendapat pukulan dan tidak menjadi hancur bila Aksi kalah dan gagal. Kekuatan basis adalah seluruh kekuatan massa Aksi yaitu kekuatan pokok yang menentukan kalah dan menangnya suatu Aksi. g. Kekuatan Front dalam Aksi. Kekuatan front adalah kekuatan diluar kekuatan internal yang mempunyai kepentingan sama, kekuatan front tidak menjadi sasaran Aksi. Kekuatan front tidak menentukan kalah menangnya suatu Aksi, ia hanya merupakan kekuatan tambahan, tetapi harus ditarik karena dapat menambah kekuatan Aksi dan dapat mempercepat kemenangan Aksi. Kekuatan front yang tidak bisa ditarik bergabung dengan kekuatan Aksi harus dibuat netral, artinya ia tidak memusuhi Aksi. Hakekatnya kekuatan front adalah kekuatan yang labil. Dengan demikian menghitung imbangan kekuatan antara kekuatan Aksi (kekuatan internal) dengan kekuatan lawan adalah sangat penting untuk menentukan kalah menangnya Aksi. h. Strategi dan Taktik Aksi. Suatu Aksi harus mempunyai target yang harus dicapai, baik target maximum maupun minimum. Target itu merupakan pedoman yang harus dipegang teguh. Dengan berpegang teguh pada pedoman target yang harus dicapai maka suatu Aksi harus tangkas, lincah dan taktis. Suatu Aksi bisa mundur bila mengalami kesulitn, yidak mampu mengatasinya dan tidak cukup kekuatan untuk terus bergerak maju dan bertahan. Dalam langkah mundur setiap kesempatan harus bisa mengkonsolidasi kekuatan dan kemudian kembali bergerak maju. Dalam keadaan demikian, perundingan dan kompromi harus ditempuh, ini hanya suatu taktik saja, bukan suatu kapitulasi. Kompromi sebagai taktik adalah kompromi yang bermaksud mencari waktu dan kesempatan supaya bisa mengkonsolidasi dan menyusun kekuatan untuk kemudian bisa bergerak maju lagi mencapai target. Dalam kompromi sebagai taktis adalah suatu perjuangan untuk bisa mencapai hasil yang bisa mendekatkan pada target dan strategi Aksi. Dengan demikian kompromi sebagai taktik adalah kompromi yang tetap berpegang teguh dan mengabdi pada strategi (target) Aksi yang sudah ditetapkan sebagai pedoman. Selanjutnya akan terus bergerak maju lagi mencapai strategi (target) itu bila waktunya sudah memungkinkan. Sedangkan kompromi kapitulasi adalah kompromi yang menyerah dan melepaskan target dan strategi Aksi, atau kompromi yang sudah berhenti sampai disitu saja, tidak akan maju lagi meneruskan Aksi untuk mencapai target dan strategi Aksi. Suatu Aksi harus terus bergerak maju sampai mencapai sasaran dan tujuan karena hakekatnya Aksi adalah mengubah situasi dan suatu proses menuju Revolusi. i. Bentuk-Bentuk Aksi. Bentuk Aksi ada dua macam yaitu Aksi parlementer dan Aksi bersenjata. Aksi parlementer adalah Aksi yang bersifat damai (tak bersenjata) dalam bentuk perundingan dengan lawan untuk mencapai kesepakatan bersama dalam mencapai sasaran dan tujuan. Kekuatan pokok dalam Aksi parlementer adalah massa (demonstran) Aksi. Aksi parlementer adalah suatu proses yang membantu gerak maju Revolusi mencapai kemenangan. Aksi bersenjata adalah perlawanan bersenjata untuk menundukkan lawan dalam mencapai sasaran dan tujuan Aksi. Kekuatan pokok dalam Aksi bersenjata adalah massa Aksi bersenjata (milisi). Aksi parlementer dan Aksi bersenjata harus berdasar pada kekuatan internal dan memerlukan bantuan kekuatan front sebagai kekuatan tambahan.

Kamis, 17 April 2008

2. AKSI

Berdasarkan berbagai pendapat diatas, Aksi adalah suatu gerak perlawanan, merupakan bagian Revolusi atau tahap awal suatu Revolusi. Adapun Revolusi adalah suatu puncak dari seluruh jumlah Aksi (tingkat Aksi) yang membesar, meluas, mematang, terkoordinasi, terpimpin dan terarah. Baik Aksi maupun Revolusi harus mempunyai tujuan yang jelas, kekuatan rakyat yang riil serta pimpinan yang tepat dan cakap. a. Sifat Aksi. Aksi dapat bersifat politik, ekonomi dan sosial. Aksi juga dapat bersifat nasional dan lokal (kedaerahan). Aksi dapat bersifat kolektif (bersama) atau personal (individual), terkoordinasi atau terpisah-pisah, meluas atau sporadis. Aksi lahir dari kandungan kehidupan sosial yang penuh konflik, baik konflik ekonomi, konflik sosial atau konflik politik. b. Tingkatan Aksi. Tingkatan Aksi dapat besar atau kecil, berat atau ringan, semuanya itu merupakan bagian suatu Revolusi atau menuju proses terjadinya suatu Revolusi. Aksi mempunyai arti yang penting dan bersifat mutlak menuju ke Revolusi. Aksi dan Revolusi merupakan dua hal yang tak terpisahkan Revolusi tidak mungkin terjadi tanpa melalui proses adanya Aksi-Aksi. Sebaliknya Aksi-Aksi akan kurang berarti bila tidak diarahkan menuju ke Revolusi. Maka mengadakan Aksi adalah penting dan bersifat mutlak dan harus dilakukan oleh kaum Revolusioner (kelas yang akan berRevolusi). Kelas yang akan berRevolusi harus mempunyai pandangan dan sikap yang tepat terhadap setiap Aksi. Setiap Aksi dilakukan harus bertujuan jangka pendek (taktik) dan bertujuan jangka panjang (strategi) yaitu kearah terjadinya Revolusi. Aksi harus dilakukan dengan semangat, dipersiapkan dengan cermat untuk mematangkan situasi menuju ke Revolusi. Sebelum melakukan Aksi harus berpikir sukses (menang) dan gagal (kalah). Aksi harus dilakukan walaupun sudah diperhitungkan hasilnya akan gagal (kalah) karena Aksi merupakan proses latihan untuk menuju Revolusi. Oleh sebab itu dalam melakukan Aksi tidak harus sukses (menang) karena pihak lawan memiliki kekuatan untuk mempertahankan diri dari perlawanan Aksi, jika lawan kuat maka Aksi bisa gagal (kalah). Dalam melakukan Aksi harus berpikiran Revolusioner dan tidak boleh berpikiran pragmatis karena melakukan Aksi adalah suatu keharusan, menang atau kalah Aksi harus dilakukan sebab Aksi merupakan latihan untuk mengadakan Revolusi. Kekuatan Aksi bisa diketahui secara pasti pada saat Aksi itu dilakukan. Kekuatan Aksi itu diuji oleh praktek Aksi itu sendiri. Kekuatan Aksi tidak cukup diperhitungkan secara kwantitas (jumlah massa Aksi) tetapi juga harus diperhitungkan secara kwalitas (semangat, ketinggian & ketahanan moral massa Aksi). Semangat, ketinggian& ketahanan moral massa Aksi terbentuk setelah melalui Aksi yang berkali-kali dan pernah mengalami sukses (menang) atau gagal (kalah). Aksi yang gagal (kalah) tidak berarti sepenuhnya negatif tetapi juga mempunyai arti positif karena dari pengalaman kegagalan (kekalahan) tersebut maka kaum Revolusioner dapat menarik pelajaran sehingga semakin terdidik, semakin terlatih dan semakin besar serta semakin meningkat keberanian dan kemampuan berlawannya. Aksi bisa menjadi alat ukur situasi politik secara umum, situasi kekuatan lawan dan situasi kekuatan sendiri yang melakukan Aksi. Semua hal itu sangat penting bagi kelanjutan Aksi kaum Revolusioner dalam merintis jalan menuju Revolusi. Sifat mutlaknya Aksi sangat penting sekali, tetapi Aksi tidak boleh bersifat spekulatif (tanpa perhitungan). Aksi yang benar (walaupun kecil) adalah Aksi yang dilakukan denagan perhitungan yang matang dan tanpa keraguan walaupun kemenangan belum pasti (masih dalam proses perjuangan). Aksi yang bersifat spekulatif akan merusak dan tidak dapat menjadi pelajaran yang berguna. c. Aksi Politik dan Aksi Sosial Ekonomi. 1. Aksi politik adalah Aksi yang paling tinggi dan berat, tinggi dalam arti kwalitasnya dan berat dalam arti konsekwensinya (resiko). Aksi politik itu langsung berhadapan dengan kekuasaan pemerintahan, seperti Aksi menuntut pemecatan dan penggantian pejabat pemerintah yang merugikan kepentingan rakyat, menuntut pembubaran dan penggantian kabinet, menuntut pembatalan suatu undang-undang atau peraturan pemerintah yang sudah diputuskan, dll. Aksi politik tersebut akan disikapi oleh pemerintah yaitu menerima atau menolak tuntutan tersebut. Jika pemerintah menolak tuntutan dan mengambil sikap represif (penindasan) maka akan menimbulkan konsekwensi yang berat bagi pelaku Aksi, yaitu ditangkap, dipenjara dan disiksa atau dibunuh. Adapun yang merasakan hasil kemenangan dari Aksi politik secara langsung dan konkrit (nyata) adalah seluruh masyarakat melalui perubahan keadaan dan kebijakan politik. 2. Aksi sosial ekonomi tidak langsung berhadapan dengan kekuasaan pemerintahan sehingga lebih rendah kwalitasnya dan lebih ringan konsekwensinya dibandingkan dengan Aksi politik. Aksi sosial ekonomi adalah adalah Aksi yang langsung menyangkut kepentingan sosial ekonomi, seperti Aksi menuntut kenaikan upah atau gaji, menuntut perbaikan gizi dan kesehatan, dll. Aksi sosial ekonomi adalah Aksi yang ringan syarat-syarat yang diperlukannya dibandingkan dengan Aksi politik, maka Aksi sosial ekonomi lebih mudah digerakkan daripada Aksi politik. Aksi sosial ekonomi sangat penting bagi permulaan dan persiapan Aksi politik. Dari Aksi sosial ekonomi, massa/demonstran bisa dibawa dan ditingkatkan ke Aksi politik. Aksi sosial ekonomi adalah alat untuk mendidik dan melatih keberanian rakyat. Keberanian itu dapat digunakan untuk: mengembangkan kekuatan Aksi, menguji barisan Aksi, mengukur kekuatan Aksi dan kekuatan lawan serta untuk meningkatkan menjadi Aksi politik.

Jumat, 11 April 2008

AKSI & REVOLUSI

Pakar teori Revolusi Eisenstadt menjelaskan bahwa perubahan radikal dimulai dari Aksi-Aksi kecil yang belum terorganisir yang kemudian diorganisir oleh kaum Revolusioner menjadi suatu Revolusi yang membawa perubahan mendasar kehidupan sosial. Revolusi merupakan konflik politik atau perebutan kekuasaan politik dari suatu kelompok sosial yang dikuasai (rakyat) melawan kelompok sosial yang menguasai (rezim penguasa). Muammar Qaddhafy menjelaskan bahwa sistem politik didunia saat ini adalah produk dari perjuangan untuk meraih kekuasaan diantara penguasa & rakyat, perjuangan ini berlangsung dengan cara damai atau perang. Perjuangan melalui perang berarti Revolusi. Menurut tesis Gramsci dijelaskan bahwa suatu Revolusi harus dipimpin oleh suatu organisasi politik yang Revolusioner sebagai "barisan depan kaum proletariat", tugasnya adalah mengorganisir & menyatukan semua kekuatan yang diperlukan bagi suatu Revolusi & memimpin "pemberontakan" menentang negara borjuis kapitalis untuk mendirikan negara pekerja/buruh. Che Guevara menjelaskan bahwa setiap Revolusi harus dimulai dengan Aksi, setiap Revolusi dapat berhasil jika kenyataan historis yang ada ditafsirkan dengan benar & jika kekuatan yang terlibat didalamnya dimanfaatkan dengan tepat, dalam setiap Revolusi selalu terkandung unsur-unsur dengan kecenderungan yang sangat berbeda tetapi akan bertemu dalam Aksinya & dalam tujuan Revolusinya. Mengetahui, memahami & menghayati kenyataan historis atau belajar dari sejarah perkembangan masyarakat merupakan aspek pokok dalam melakukan suatu Revolusi karena dari sinilah lahir teori Revolusi. Kemudian teori Revolusi itu harus dihubungkan dengan kekuatan Revolusioner rakyat yang sudah mampu & berani melakukan Revolusi. Jadi dalam Revolusi harus ada teori Revolusi & kekuatan Revolusioner, ini merupakan dua sisi dalam satu keping mata uang. Revolusi Kuba adalah Revolusi yang unik. Ho Chi Minh menjelaskan bahwa hakikatnya kita berperang (Revolusi) bukan saja melawan kolonialisme tetapi juga berperang melawan kebodohan, kemiskinan & perasaan masa bodoh. tesis ini menunjukkan bahwa setelah Revolusi politik dimenangkan maka harus dilanjutkan dengan Revolusi sosial, ekonomi & budaya. Kemerdekaan Nasional Vietnam merupakan hasil pergolakan masyarakat Vietnam (Revolusi) melawan kaum kolonial. Tan Malaka menjelaskan mengenai Aksi & Revolusi Indonesia, bahwa suatu Aksi merupakan awal dari Revolusi. Program Aksi di Indonesia pada zaman kolonial Belanda mengandung sejumlah tuntutan antara lain: tuntutan bekerja 7 jam sehari, gaji minimal, syarat-syarat kerja & hidup yang lebih baik bagi kaum buruh, diakuinya serikat-serikat buruh & hak untuk mengadakan pemogokan, organisasi kaum tani untuk hak-hak ekonomi & politik, dihapuskannya hukum-hukum yang menindas gerakan-gerakan politik, tuntutan untuk berdemonstrasi, tuntutan dihapuskannya Dewan Hindia & dibentuknya Majelis Nasional yang akan memilih suatu badan eksekutif. Selanjutnya Tan Malaka mengatakan bahwa Aksi untuk mencapai kemerdekaan nasional ini akan berlangsung lama tetapi pasti akan membawa kemenangan. Berdasarkan analisis Tan Malaka diatas, bahwa sesungguhnya jalan menuju Revolusi itu panjang & berliku-liku melalui berbagai macam Aksi, mulai dari Aksi ekonomi, sosial & politik. Karl Marx menjelaskan bahwa teori Aksi & Revolusi harus fleksibel (sesuai tempat, ruang & waktu) & tidak boleh dipaksakan jika: mata rantai imperialisme belum lapuk atau kekuasaan politik belum lapuk, pemimpin Revolusi belum lahir & kekuatan massa rakyat belum bersatu dalam satu front yang berani melawan kekuasaan politik secara bersenjata. Aplikasi Marxisme dalam praktek adalah Aksi & Revolusi.

Rabu, 09 April 2008

Sekolah Politik Kerakyatan Komunitas Indonesia Baru

Sekolah Politik Kerakyatan adalah medium edukasi kepemimpinan berbasiskan nilai (idealisme) & ideologi